Lhoksukon – Hari ini kita dihadapkan pada kondisi tidak memungkinkan, angka kekerasan terhadap anak di Aceh Utara tinggi, pertanyaanya kenapa itu bisa dilakukan orang tua? hal ini dipertanyakan Pj Bupati Aceh Utara di hadapan para tamu undangan yang hadir dan anak-anak yang tergabung dalam forum anak pase.
Tak satupun jawab keluar dari tamu yang hadir, Pj Bupati langsung menjawab “Karna di keluarga banyak yang tak begitu paham, tak begitu mengerti betapa pentingnya menjaga anak, dalam Alquran disebutkan Jagalah dirimu, keluargamu dari api neraka, kita, saya mengajak keluarga kita berbuat baik dan dapat bermanfaat bagi orang lain, seperti pepatah aceh Jak Belet Tapak, Duek Belet Punggong “ujar Bupati
“Saya juga hari ini menyampaikan pesan itu kepada orang tua yang hadir, untuk sama-sama berkolaboratif dengan forum ini, pemerintah daerah sehingga capaian adalah akan melahirkan generasi emasnya Aceh Utara”
“Kala kita percaya bahwa ada harta karun dalam diri anak kita, kita harus jadi penyelam, tak perduli kedalaman samudera terdalam, tak peduli gelapnya lautan” kata bijak Azwardi disambut dengan tepuk tangan para hadirin yang hadir.
“Hari ini serba tidak menentu keadaan begitu cepat berubah, era digitalisasi informasi membuat harus berhati-hati membuat kita mawas diri, era digitalisasi dan informasi membuat kita merubah paradigma, merubah sikap dan merubah perilaku yaitu yang kita rasakan pada saat sekarang ini, khususnya anak-anakku semuanya generasi penerus yang akan datang”.
Azwardi mencontohkan ketika orang tua kita lagi bicara pada tamu, anak-anak kita, saya, adek-adek dan kakak saya dan sebagainya tidak berani ketawa-ketiwi ataupun aha-ihi, anak-anak sekarang gak ada yang lucu di youtube ataupun di instagram padahal orang tuanya lagi ada tamu, atau bercerita dengan orang tuanya, tapi anaknya menyibukan diri dengan media social.
lanjutnya, dulu kita tidak pernah seperti itu, kita malah takut dan hormat kepada orang tua, ketika orang tua kita tidur, kita gak berani membuka pintu terlalu keras yang suaranya dikhawatirkan membuat orang tua terbangun, kadang kita paham kadang orang tua kita terlalu capek menafkahi kita, orang tua kita banting tulang mencari nafkah untuk membiayai sekolah kita dan itu tertanam dalam diri kita.
“Kita takut, ketika ke nyaman yang dirasakan orang tua kita, pada saat dia istirahat itu terganggu karena dia harus menyimpan energy untuk besok untuk mencari nafkah kepada kita”
“Hari ini adik-adik sekalian, perubahan paradigma, lagi-lagi era digitalisasi, era modernisasi dan sebagainya itu membuat nilai-nilai itu bergeser, adik-adik tidak takut, ketika orang tua kita mempelototi, kalau dulu kita dilihat (dipelototi) paham, bahwa orang tua kita melarang kita untuk tidak berbuat seperti itu, kalau hari ini adik-adik dipelototi seperti itu, malah dipelototin kembali”
“apa lihat-lihat’ sibuk aja ayah ini, sibuk aja abi ini. kan seperti itu ada perlawanan dari anak-anak kita” ungkap Azwardi.
“Gak ada pamitnya, waktu keluar rumah gak pernah salaman sama orang tuanya, gak diberitahukan kepada orang tua, kalau sekarang adek-adek keluar gak tau pulangnya jam berapa , kalau yang laki-laki seperti itu , kayak bang toyib gak pulang-pulang, harus ditelpon. dulu ‘ayah lon tubit siat jak bak ngen, ayah lon jak beet, ayah lon jak les dan sebagainya” katanya.
“sekarang, Patkah, na nyoe bak warung kopi, woe di bentak-bentak baru pulang kalau dulu gak seperti itu, begitulah anak-anak ku sekalian”
“Kita terjadwal walaupun manual gak ada pakai alarm, pakai handphone, saya merasakan hal itu, gak pakai handphone buat alarm, jam berapa harus ini itu, gak ada pakai alarm, alarm nya ada dihati karena sudah terpikat dengan kondisi kita pada saat itu”
Saya berharap anak-anakku sekalian, sebagai generasi muda tentu harus membentuk karakter itu, itulah sebenarnya karakter kita orang aceh, karakter khusus anak pase yang yang kita lantik saat ini. Mari bangunkan, ketika karakter itu identitas bahwa adik-adik orang aceh, khususnya orang pase. Harap sang Pj Bupati. (ADV)