Aceh Utara – Satu upaya yang efektif untuk pencegahan stunting adalah dengan Keluarga Berencana (KB). Program Keluarga Berencana (KB) tidak hanya sekedar mengatur kehamilan pasangan usia subur, tetapi juga memiliki tujuan yang lebih luas untuk meningkatkan kesehatan ibu dan memastikan ketercukupan gizi anak.
Penjabat Bupati Aceh Utara DR. Mahyuzar, M.Si, melalui Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPM-PPKB), Fuad Mukhtar, S.Sos., M.S.M, mengatakan, salah satu aspek penting dari program ini adalah mencegah kehamilan yang terlalu dini serta menjaga jarak kehamilan yang cukup antara satu dengan yang lain.
Sebagaimana dijelaskan, KB melakukan intervensi spesifik dengan mempersiapkan calon ibu semenjak remaja, termasuk menghindari pernikahan terlalu dini. Fokusnya pada kesehatan reproduksi perempuan adalah kunci utama dalam memastikan bahwa ibu dapat merencanakan dan mengatur jarak kehamilannya dengan baik. Dengan demikian, anak yang dikandung dan dilahirkan memiliki risiko yang lebih rendah untuk menderita stunting.
“Data stunting di daerah kita masih menunjukkan angka yang tinggi, dan hal ini menuntut upaya bersama untuk mencegahnya. Memberikan informasi kepada ibu adalah langkah awal yang sangat penting, karena pendidikan dan informasi yang diberikan kepada perempuan memiliki dampak yang luas dalam membentuk generasi yang sehat dan terdidik,” ujar Fuad.
Dijelaskannya, mengikuti program KB bukan hanya tentang mengatur kehamilan, tetapi juga tentang memastikan kesehatan ibu dan anak di masa depan. Mencegah stunting adalah salah satu manfaat langsung dari program KB. Partisipasi aktif dari semua pihak dalam program KB menjadi kunci untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan kualitas generasi mendatang.
“Pencegahan stunting bukanlah tanggung jawab tunggal, melainkan upaya kolektif yang melibatkan berbagai pihak dalam masyarakat. Program Keluarga Berencana (KB) menjadi salah satu instrumen yang efektif dalam mengurangi risiko stunting dengan fokus pada kesehatan reproduksi perempuan,” kata Fuad.
Dengan kebijakan yang mendukung, penyebaran informasi yang tepat, dan akses yang mudah terhadap layanan kesehatan reproduksi, pemerintah dapat memastikan bahwa program KB dapat mencapai targetnya untuk mencegah stunting.
Selain itu, peran aktif dari tenaga kesehatan seperti bidan, dokter, dan petugas kesehatan lainnya sangatlah penting. Mereka bertanggung jawab memberikan informasi dan layanan yang berkualitas kepada calon ibu, mulai dari masa remaja hingga masa kehamilan dan persalinan. Dengan memberikan pendampingan dan pemahaman yang baik tentang pentingnya merencanakan kehamilan dengan baik, mereka dapat membantu mencegah stunting di tingkat individu.
Tidak kalah pentingnya adalah peran keluarga dan komunitas dalam mendukung program KB. Edukasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi perempuan, merencanakan kehamilan dengan baik, dan memastikan gizi yang cukup bagi ibu hamil adalah tanggung jawab bersama dalam keluarga dan komunitas.
“Dengan dukungan moral dan praktis dari lingkungan sekitar, calon ibu akan lebih termotivasi untuk mengikuti program KB dan menjaga kesehatannya serta kesehatan anak yang akan dilahirkan,” tutup Fuad.[ADV]