BANDA ACEH | Penjabat Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal ZA., M.Si., menghadiri acara rilis data statistik bulanan yang digelar oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh pada Kamis, 2 Januari 2025. Acara tersebut juga dihadiri oleh Asisten II Setda Aceh Zulkifli, Kepala Dinas Perhubungan, Kepala Kominsa, serta perwakilan dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Syariah Indonesia, dan sejumlah instansi vertikal lainnya.
Dalam sambutannya, Pj Gubernur Safrizal menyampaikan apresiasi atas kontribusi BPS Aceh dalam menyediakan data yang akurat untuk mendukung perumusan kebijakan pemerintah.
“Kami mengapresiasi BPS yang telah menyediakan data yang sangat penting untuk pembangunan daerah. Komitmen BPS dalam terus meningkatkan kualitas data sangat kami hargai,” ujar Safrizal.
Pada kesempatan tersebut, BPS Aceh memaparkan lima indikator utama yang menjadi perhatian pemerintah. Indikator tersebut meliputi inflasi, nilai tukar petani, harga produsen gabah, perkembangan sektor pariwisata dan transportasi, serta ekspor-impor. Kepala BPS Aceh, Ahmad Rizwan Nasution, menjelaskan bahwa rilis data ini merupakan bentuk komitmen BPS dalam mendukung pembangunan Aceh.
“Kami berharap kolaborasi antar sektor dapat terus ditingkatkan untuk mengawal pembangunan Aceh yang lebih baik,” ujarnya.
Inflasi Desember 2024 Jadi Sorotan
Salah satu indikator utama yang dibahas adalah inflasi Desember 2024. Inflasi bulanan di Aceh tercatat sebesar 0,57 persen, dengan inflasi tahunan mencapai 2,17 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadikan Aceh salah satu provinsi dengan inflasi tertinggi di Indonesia.
Pj Gubernur Safrizal menyatakan keprihatinannya terhadap kenaikan inflasi ini.
“Inflasi di bulan Desember 2024 cukup signifikan, terutama jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Inflasi tahunan kita mencapai 2,17 persen. Ini menunjukkan perlunya kewaspadaan terhadap perkembangan ekonomi, terutama menjelang Januari dan Februari 2025,” kata Safrizal.
Menurut BPS, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang terbesar inflasi. Komoditas yang berkontribusi signifikan antara lain telur ayam ras, ikan bandeng, ikan tongkol, beras, ikan kembung, dan minyak goreng.
“Telur ayam ras memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,10 persen, diikuti ikan bandeng, tongkol, dan kembung yang juga menyumbang inflasi signifikan,” jelas Ahmad Rizwan.
Pj Gubernur juga menyoroti kenaikan harga beras, meskipun Aceh dikenal sebagai provinsi swasembada beras.
“Beras menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen. Ini perlu ditelusuri lebih lanjut apakah penyebabnya adalah masalah distribusi, cuaca, atau faktor lainnya,” tambahnya.
Langkah Strategis Pemerintah
Safrizal menegaskan bahwa inflasi yang tinggi memerlukan penanganan segera. Ia meminta seluruh pihak terkait untuk memastikan distribusi barang kebutuhan pokok berjalan lancar.
“Kenaikan inflasi pada Desember 2024 perlu segera ditindaklanjuti. Pemerintah akan terus memastikan agar harga kebutuhan pokok terkendali dan distribusi barang tidak terganggu,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antar sektor untuk menjaga stabilitas ekonomi di Aceh.
“Kami berharap semua pihak dapat berkolaborasi untuk menekan inflasi. Pemerintah berkomitmen mengendalikan inflasi dan menjaga kestabilan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat Aceh,” pungkasnya.[]