Lhoksukon – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara, Fuad Mukhtar, S.Sos., M.S.M., yang baru dilantik pada 17 November 2025 oleh Bupati Aceh Utara, H. Ismail A. Jalil, SE., M.M., dikabarkan secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya.
Kabar tersebut dibenarkan oleh Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Muntasir Ramli, pada Kamis (4/12).
“Iya benar, beliau mengundurkan diri,” ujar Muntasir saat dikonfirmasi.
Menurutnya, alasan Fuad mengajukan pengunduran diri karena rumahnya turut terdampak banjir yang melanda dalam beberapa hari terakhir.
“Karena rumahnya ikut terdampak banjir, beliau meminta izin kepada Bapak Bupati untuk beristirahat dan fokus pada pemulihan pasca banjir,” tambahnya.
Media ini juga sempat menanyakan siapa yang akan ditunjuk sebagai pengganti sementara serta meminta salinan surat resmi pengunduran diri yang telah ditandatangani Bupati Aceh Utara. Namun hingga berita ini diturunkan, Juru Bicara Pemerintah Aceh Utara belum memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Kondisi saat ini Aceh utara sedang porak-poranda dihantam banjir yang sangat dahsyat sejak 22 november 2025 lalu terus menunjukan dampak memprihatinkan. dari data posko utama penanggulangan banjir mencatat sedikitnya 123 warga meninggal dunia, sedangkan 90 orang hilang dan 66 orang luka-luka.
dari laporan sementara BPBD Aceh utara, 200.117 jiwa atau 58,055 kepala keluarga masih bertahan di pos-pos pengungsian tersebar di 447 titik, tersebar di 447 titik yang dibuka pemerintah beserta relawan. Mereka terdiri dari berbagai kelompok rentan, mulai dari 589 ibu hamil, 2.996 balita, 3.130 lansia hingga 201 penyandang disabilitas.
Total warga terdampak banjir mencapai 215.067 jiwa (68.461 KK), dengan 54.261 rumah terendam dan 532 rumah dilaporkan hilang terseret air. Kerusakan juga meluas ke sektor pertanian dan perikanan, di mana sedikitnya 12.782 hektare sawah serta 10.653 hektare tambak ikut terendam.
Fasilitas umum pun tidak luput dari hantaman banjir. Data sementara mencatat kerusakan pada 106 ruas jalan, 12 saluran irigasi, 17 tanggul sungai, 37 jembatan, serta 31 titik longsor. Sektor pendidikan ikut terdampak berat dengan 369 sekolah rusak dalam berbagai tingkat, disusul kerusakan pada rumah ibadah, balai benih ikan hingga meunasah dan pesantren.[]







