Aceh Utara I www.lingkar-pos.com – Pentingnya peran ibu balita dalam memberikan stimulasi dini bagi anak kembali menjadi sorotan Dinas Kesehatan Aceh Utara. Praktik stimulasi dini yang mencakup aspek motorik, bahasa, kognitif, dan sosial-emosional dinilai menjadi hal penting bagi tumbuh kembang optimal anak di usia emasnya.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, S.K.M., M.Kes., melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Aceh Utara, Samsul Bahri, S.K.M., M.K.M., mengatakan bahwa pengetahuan ibu balita tentang stimulasi dini merupakan investasi jangka panjang dalam membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.
“Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak, sehingga perannya dalam memberikan rangsangan sejak dini sangat menentukan kualitas tumbuh kembang. Stimulasi dini bukan sekadar permainan, tetapi proses pendidikan pertama yang menyiapkan anak menghadapi masa depan,” ujar Samsul Bahri.
Stimulasi dini dalam aspek motorik bertujuan melatih keterampilan gerak anak, baik kasar maupun halus. Misalnya, mengajak anak merangkak, berjalan, melempar bola, atau menyusun balok. Aktivitas sederhana ini membantu anak menguasai keseimbangan, koordinasi, hingga keterampilan tangan yang kelak bermanfaat dalam aktivitas sekolah.
Menurut Samsul, kurangnya stimulasi motorik bisa berdampak pada keterlambatan perkembangan fisik. Anak menjadi kurang aktif, cepat lelah, atau tidak percaya diri dalam bersosialisasi. Karena itu, ibu dianjurkan untuk melibatkan anak dalam berbagai permainan yang menstimulasi gerakan tubuhnya.
Bahasa adalah sarana utama komunikasi. Stimulasi bahasa dapat dimulai sejak anak bayi dengan mengajak berbicara, mendongeng, atau bernyanyi. Anak yang terbiasa diajak berinteraksi akan lebih cepat menyerap kosakata, memahami instruksi, dan mengungkapkan perasaannya.
“Jangan remehkan kebiasaan sederhana seperti membacakan buku cerita. Dari situlah anak belajar mengenal kata, gambar, serta menumbuhkan minat baca sejak dini,” tambah Samsul Bahri. Ia menegaskan, keterlambatan bicara sering kali muncul karena minimnya interaksi verbal antara ibu dan anak.
Kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir, memahami, dan memecahkan masalah. Melalui stimulasi kognitif, anak dilatih untuk mengenal bentuk, warna, angka, serta konsep sebab-akibat. Aktivitas ini bisa dilakukan dengan puzzle, permainan susun, atau sekadar mengajak anak menghitung benda di sekitar rumah.
Dinkes Aceh Utara menekankan bahwa stimulasi kognitif tidak harus mahal. Kreatifitas ibu dalam memanfaatkan benda sehari-hari sudah cukup untuk melatih otak anak. Misalnya, meminta anak mengelompokkan buah berdasarkan warna atau menghitung jumlah mainan.
Stimulasi sosial-emosional membantu anak belajar memahami perasaan, mengendalikan emosi, dan berinteraksi dengan orang lain. Bermain bersama teman sebaya, berbagi mainan, atau bergantian menggunakan sesuatu merupakan contoh nyata stimulasi sosial-emosional.
“Ibu perlu mengajarkan empati, sopan santun, dan cara mengungkapkan perasaan dengan tepat. Anak yang memiliki kecerdasan emosional baik akan lebih mudah bersosialisasi dan diterima di lingkungannya,” jelasnya.
Untuk memperkuat pemahaman masyarakat, Dinas Kesehatan Aceh Utara melalui program Kelas Ibu Balita secara rutin memberikan penyuluhan di puskesmas dan posyandu. Kegiatan ini tidak hanya membahas soal gizi, tetapi juga stimulasi dini pada anak.
Melalui edukasi tersebut, ibu balita diajak untuk lebih aktif mendampingi anak di rumah, tidak menyerahkan sepenuhnya perkembangan anak kepada sekolah atau lembaga pendidikan. “Keluarga, terutama ibu, adalah pendidik utama. Kelas ibu balita menjadi wadah berbagi ilmu, pengalaman, dan praktik langsung tentang stimulasi,” tambahnya.
Stimulasi dini yang konsisten akan memberikan dampak positif jangka panjang. Anak lebih cepat mandiri, percaya diri, dan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Sebaliknya, kurangnya stimulasi bisa menyebabkan keterlambatan perkembangan, kesulitan belajar, hingga masalah perilaku di masa sekolah.
Berdasarkan data WHO, 80% perkembangan otak anak terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan. Karena itu, setiap stimulasi kecil yang diberikan ibu akan sangat menentukan kualitas hidup anak di masa depan.
Plt. Kadis Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, melalui Kabid Kesehatan Masyarakat, berharap agar seluruh ibu balita di Aceh Utara semakin sadar akan pentingnya stimulasi dini. Ia juga mengajak kader posyandu, bidan desa, dan tenaga kesehatan untuk terus memberikan pendampingan dan informasi yang tepat kepada masyarakat.
“Harapan kita, tidak ada lagi anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan hanya karena kurang stimulasi. Dengan peran aktif ibu, dukungan keluarga, serta bimbingan tenaga kesehatan, Aceh Utara bisa melahirkan generasi emas yang sehat, cerdas, dan berdaya saing,” pungkas Samsul Bahri. [Adv]