Aceh Utara I www.Lingkar-pos.com— Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Aceh Utara terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para ibu yang memiliki balita, mengenai pentingnya memperhatikan tumbuh kembang anak sejak usia dini. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi pemerintah daerah untuk mencegah masalah gizi, stunting, serta keterlambatan perkembangan anak yang dapat berdampak jangka panjang terhadap kualitas generasi mendatang.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, S.K.M., M.Kes., melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Aceh Utara, Samsul Bahri, S.K.M., M.K.M, menegaskan bahwa pemahaman ibu terhadap tumbuh kembang anak menjadi kunci utama dalam menciptakan generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing.
“Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam mendampingi masa emas anak. Pemantauan tumbuh kembang tidak hanya sebatas menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan motorik, bahasa, serta kemampuan sosial emosional anak,” ujar Samsul Bahri.
Ia menjelaskan, periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan fase paling krusial yang menentukan masa depan seorang anak. Pada masa ini, pemenuhan gizi yang seimbang, pemberian ASI eksklusif, imunisasi lengkap, serta stimulasi perkembangan sangat menentukan kualitas tumbuh kembang balita.
“Kalau kita abai di masa 1.000 HPK, maka risiko anak mengalami stunting, gizi kurang, maupun keterlambatan perkembangan akan semakin besar. Dampaknya bisa panjang hingga anak dewasa,” tambahnya.
Karena itu, Dinkes Aceh Utara melalui kader Posyandu dan tenaga kesehatan di Puskesmas gencar memberikan edukasi kepada para ibu. Salah satunya dengan menekankan pentingnya menu makanan bergizi, pola asuh yang baik, menjaga kebersihan lingkungan, serta melakukan deteksi dini bila ditemukan adanya masalah pada tumbuh kembang anak.
Samsul Bahri menuturkan, Posyandu menjadi ujung tombak layanan kesehatan ibu dan anak di tingkat gampong. Melalui kegiatan rutin di Posyandu, ibu balita bisa mendapatkan informasi, memantau pertumbuhan anak, serta berdiskusi langsung dengan tenaga kesehatan mengenai masalah yang dihadapi.
“Kami dorong semua ibu membawa balitanya ke Posyandu setiap bulan. Jangan hanya saat anak sakit, tetapi rutin untuk memantau tumbuh kembangnya. Dari situlah kita bisa mengetahui apakah ada penyimpangan yang harus segera ditangani,” katanya.
Ia menambahkan, selain pelayanan kesehatan dasar, Posyandu juga menjadi sarana pemberdayaan ibu. Para kader yang dilatih Dinkes berperan aktif menyampaikan pesan kesehatan, memberikan contoh praktik gizi seimbang, hingga mengajarkan stimulasi perkembangan anak melalui permainan edukatif.
Lebih lanjut, Samsul menekankan bahwa tumbuh kembang anak bukan hanya tanggung jawab ibu, melainkan seluruh anggota keluarga. Dukungan ayah, kakek, nenek, maupun saudara lain di rumah sangat berpengaruh pada perkembangan anak.
“Kadang ada anggapan bahwa merawat anak hanya tugas ibu. Padahal, ketika ayah ikut terlibat, anak akan merasa lebih percaya diri dan perkembangan emosionalnya lebih baik. Begitu juga dengan dukungan keluarga besar, semua sangat penting,” ungkapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa stimulasi sederhana, seperti mengajak anak berbicara, membaca buku bersama, atau bermain, dapat membantu perkembangan otak dan keterampilan sosial anak.
Dinkes Aceh Utara menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat kesadaran masyarakat terkait tumbuh kembang anak. Program edukasi akan diperluas ke berbagai kecamatan dengan melibatkan puskesmas, kader kesehatan, dan organisasi masyarakat.
“Harapan kami, semakin banyak ibu yang paham, maka semakin sedikit anak yang mengalami masalah gizi atau keterlambatan perkembangan. Kita ingin anak-anak Aceh Utara tumbuh sehat, pintar, dan siap menghadapi masa depan,” tegas Samsul Bahri.
Dalam hak ini, Samsul Bahri berpesan agar ibu tidak ragu untuk bertanya kepada tenaga kesehatan bila menemukan tanda-tanda yang mengkhawatirkan pada anak. Misalnya, anak tidak merespon panggilan, belum bisa berjalan pada usia tertentu, atau tidak bertambah berat badan secara signifikan.
“Deteksi dini itu penting. Jangan menunggu sampai terlambat. Lebih cepat diketahui, lebih cepat pula ditangani,” pesannya.
Dengan adanya edukasi berkelanjutan, Dinkes Aceh Utara berharap kesadaran ibu balita tentang tumbuh kembang anak semakin meningkat. Hal ini diharapkan mampu menurunkan angka stunting dan permasalahan kesehatan lainnya, sekaligus menciptakan generasi Aceh Utara yang sehat dan berkualitas. [Adv]