Search

14 Oktober 2025

Dinkes Aceh Utara: Jangan Anggap Remeh Diare, Bisa Sebabkan Kematian

Foto: Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin,SKM,

Aceh Utara – Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara mengingatkan masyarakat agar tidak menyepelekan penyakit diare yang masih menjadi ancaman serius, terutama bagi anak-anak dan balita. Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin,SKM, menegaskan bahwa diare bukan sekadar buang air besar encer, tetapi bisa berujung fatal bila terlambat ditangani.

“Diare sering dianggap penyakit ringan yang bisa sembuh sendiri. Padahal, jika tidak segera ditangani, diare bisa menyebabkan dehidrasi berat, gangguan ginjal, bahkan kematian. Masyarakat harus lebih waspada,” ujar Jalaluddin.

Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, diare termasuk penyebab kematian kedua pada balita setelah pneumonia. WHO bahkan menempatkan diare sebagai penyakit menular yang paling banyak menimbulkan kasus rawat inap anak di negara berkembang. Di Aceh sendiri, setiap tahun dilaporkan ribuan kasus diare, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

Plt Kadinkes Aceh Utara menjelaskan, faktor penyebab utama masih tingginya kasus diare adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat. Banyak warga masih terbiasa mengkonsumsi jajanan di pinggir jalan tanpa memperhatikan kebersihan, serta kurangnya akses air bersih di beberapa wilayah pedesaan.

“Diare bisa dicegah dengan kebiasaan sederhana, yaitu cuci tangan pakai sabun, pastikan air minum matang, dan hindari jajan di tempat yang tidak higienis. Tapi sayangnya, perilaku ini sering diabaikan,” ungkapnya.

Diare ditandai dengan buang air besar cair lebih dari tiga kali dalam sehari, sering disertai gejala lain seperti mual, muntah, perut kembung, demam, hingga tinja berdarah. Bila penderita kehilangan cairan dalam jumlah banyak, tubuh akan mengalami dehidrasi.

“Gejala dehidrasi bisa terlihat dari rasa haus berlebihan, mulut kering, jarang buang air kecil, hingga tubuh lemas. Pada anak-anak, tanda dehidrasi biasanya tampak dari mata cekung, rewel, dan tidak ada air mata saat menangis. Jika ini dibiarkan, bisa sangat berbahaya,” jelas Plt Kadinkes.

WHO mencatat, sekitar 525 ribu anak balita di dunia meninggal setiap tahun akibat diare. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya upaya pencegahan dan penanganan cepat.

Plt Kadinkes Aceh Utara menyarankan masyarakat untuk melakukan langkah cepat ketika diare menyerang:

1. Segera berikan cairan rehidrasi oralit atau larutan gula garam untuk mencegah dehidrasi.
2. Bayi dan balita tetap diberi ASI, karena selain sebagai sumber nutrisi, ASI membantu melawan infeksi.
3. Berikan makanan lunak seperti bubur atau sup untuk menjaga energi.
4. Hindari makanan pedas, berminyak, dan tidak higienis.
5. Berikan suplemen zinc pada anak sesuai anjuran tenaga kesehatan.

“Kalau diare tidak membaik dalam dua hari pada orang dewasa, atau lebih dari 24 jam pada anak-anak, segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit. Apalagi kalau disertai muntah berulang, demam tinggi, atau tinja berdarah,” tegasnya.

Selain penanganan, Dinas Kesehatan juga menekankan langkah pencegahan agar kasus diare tidak terus meningkat. Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan matang sempurna, serta tidak mengkonsumsi air mentah harus dibudayakan.

Untuk bayi, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama sangat dianjurkan karena dapat memperkuat daya tahan tubuh terhadap infeksi. Selain itu, vaksinasi rotavirus juga direkomendasikan untuk mencegah jenis diare berat yang sering menyerang balita.

“Pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati. Jika masyarakat membiasakan pola hidup bersih, maka risiko terkena diare bisa ditekan,” tambah Plt Kadinkes.

Dinkes Aceh Utara menegaskan bahwa upaya menurunkan angka diare tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah atau tenaga kesehatan. Keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan, terutama dalam hal menjaga sanitasi lingkungan.

Di beberapa gampong di Aceh Utara, masih ada warga yang belum memiliki akses sanitasi layak dan terbiasa buang air besar sembarangan. Kondisi ini, kata Plt Kadinkes, sangat rentan menyebarkan penyakit diare.

“Kami terus mendorong program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Tujuannya agar kesadaran masyarakat tumbuh sendiri, tidak hanya mengandalkan imbauan pemerintah,” ujarnya.

Diare memang sering dianggap penyakit biasa. Namun, kasus-kasus yang terjadi di lapangan menunjukkan sebaliknya: diare bisa menjadi penyakit berbahaya jika diabaikan. Plt Kadinkes Aceh Utara berpesan agar masyarakat tidak menunda penanganan ketika gejala diare muncul.

“Jangan tunggu parah. Begitu ada tanda-tanda diare, segera lakukan pertolongan pertama. Bila tidak membaik, datanglah ke fasilitas kesehatan. Jangan sampai terlambat,” pungkasnya.[Adv]