Aceh Utara – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Aceh Utara mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang kasusnya masih tinggi dan berpotensi meningkat pada musim pancaroba maupun saat kualitas udara memburuk. Edukasi pencegahan terus digencarkan dengan menekankan pentingnya menjaga pola hidup sehat dan kebersihan lingkungan sebagai langkah utama memutus mata rantai penularan.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM, menyampaikan bahwa ISPA termasuk salah satu penyakit yang sering dikeluhkan masyarakat di fasilitas kesehatan, baik puskesmas maupun rumah sakit. “Kasus ISPA masih mendominasi kunjungan pasien, baik anak-anak maupun orang dewasa. Penyakit ini memang terlihat ringan, tapi bila diabaikan bisa berkembang menjadi komplikasi serius,” ujarnya.
Menurut Jalaluddin, gejala ISPA umumnya meliputi batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, hingga sesak napas. Ia menegaskan bahwa kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, lansia, dan penderita penyakit penyerta perlu mendapat perhatian lebih karena daya tahan tubuh mereka relatif lemah. “Kita minta masyarakat jangan menunda untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bila mengalami gejala ISPA, apalagi kalau sesak nafas semakin berat,” tambahnya.
Data Kasus ISPA di Tingkat Nasional dan Dunia
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, ISPA menempati urutan atas dalam daftar sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi ISPA pada balita masih cukup tinggi, yakni sekitar 7–8 persen per tahun. Pada 2023, Kemenkes mencatat jutaan kasus ISPA terlapor di berbagai fasilitas layanan kesehatan.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa ISPA, terutama pneumonia, merupakan penyebab utama kematian anak di bawah usia lima tahun di dunia. Setiap tahun, lebih dari 700 ribu anak balita meninggal akibat pneumonia, sebagian besar di negara berkembang yang memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan dan sanitasi.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Aceh Utara, Samsul Bahri, SKM, menambahkan bahwa data tersebut menjadi alarm penting bagi masyarakat. “Walaupun pengobatan ISPA tersedia dan relatif mudah, yang paling penting adalah pencegahannya. Pola hidup sehat, menjaga kebersihan diri, lingkungan, serta memastikan gizi anak tercukupi akan sangat membantu menekan angka kejadian ISPA,” jelasnya.
Faktor Risiko dan Penyebab ISPA
Samsul menjelaskan, faktor risiko ISPA dipengaruhi oleh beberapa kondisi, di antaranya kualitas udara yang buruk akibat asap rokok, polusi kendaraan, hingga kebiasaan membakar sampah di lingkungan rumah. Selain itu, kondisi rumah yang padat penghuni dan kurang ventilasi juga memperbesar risiko penularan.
“Di Aceh Utara, faktor perilaku juga menjadi perhatian. Masih banyak warga yang merokok di dalam rumah, bahkan di dekat anak-anak. Padahal asap rokok itu sangat berbahaya bagi saluran pernapasan anak dan bisa memicu ISPA berulang,” tegasnya.
Selain itu, perubahan musim yang tidak menentu, terutama musim hujan dan pancaroba, membuat daya tahan tubuh sebagian orang menurun. Hal ini mempermudah virus maupun bakteri penyebab ISPA berkembang.
Langkah Pencegahan dan Pola Hidup Sehat
Dinkes Aceh Utara menekankan bahwa masyarakat harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Jalaluddin menyebutkan sejumlah langkah sederhana yang bisa dilakukan:
1. Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan pakai sabun.
2. Menggunakan masker bila sedang batuk atau berada di kerumunan.
3. Menjaga sirkulasi udara rumah agar sinar matahari bisa masuk dan ruangan tidak lembab.
4. Menghindari asap rokok di dalam rumah.
5. Memenuhi kebutuhan gizi seimbang termasuk konsumsi buah dan sayur.
6. Segera berobat bila gejala ISPA tidak kunjung membaik.
“Langkah ini mungkin sederhana, tapi dampaknya besar bila dilakukan bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga. Apalagi kita hidup di lingkungan yang sering dilanda musim hujan dan banjir, sehingga risiko penyakit menular juga meningkat,” ungkap Jalaluddin.
Peran Tenaga Kesehatan dan Puskesmas
Dinas Kesehatan Aceh Utara telah menginstruksikan seluruh puskesmas untuk meningkatkan kewaspadaan dan pelayanan terhadap pasien dengan gejala ISPA. Edukasi masyarakat melalui posyandu, sekolah, dan majelis taklim juga terus digalakkan.
“Puskesmas tidak hanya melayani pengobatan, tetapi juga aktif memberikan penyuluhan. Kami juga melibatkan kader kesehatan desa agar pesan pencegahan ISPA bisa sampai langsung ke keluarga,” jelas Samsul Bahri.
Menurutnya, program imunisasi juga berperan penting dalam menekan angka kematian akibat ISPA. Vaksin campak, influenza, hingga vaksin pneumokokus (PCV) yang sudah mulai tersedia di Indonesia terbukti dapat melindungi anak dari risiko infeksi saluran pernapasan yang berat.
Pesan Dinas Kesehatan untuk Masyarakat
Di akhir keterangannya, Jalaluddin menegaskan bahwa keberhasilan menekan angka ISPA sangat bergantung pada kesadaran masyarakat. “Kesehatan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau tenaga medis, tetapi juga keluarga. Mari bersama-sama kita budayakan pola hidup sehat, menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak menyepelekan gejala ISPA,” pungkasnya.
Dengan kondisi lingkungan dan pola hidup yang sehat, lanjut Jalaluddin, masyarakat Aceh Utara dapat terhindar dari berbagai penyakit menular, termasuk ISPA, sekaligus mendukung program kesehatan nasional untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.[Adv]