Aceh Utara I www.Lingkar-pos.com— Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Utara terus menggencarkan program edukasi kesehatan bagi masyarakat, khususnya bagi ibu yang memiliki balita. Kali ini, fokus utama diberikan pada upaya pencegahan penyakit diare melalui peningkatan pemahaman tentang sanitasi dan kebersihan lingkungan.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, S.K.M., M.Kes., melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Samsul Bahri, S.K.M., M.K.M, menjelaskan bahwa kasus diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang menyerang anak-anak, terutama balita. Penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi serius hingga menyebabkan kematian apabila tidak segera ditangani.
“Diare sering kali disebabkan oleh kondisi sanitasi yang buruk, air yang tidak bersih, serta kebiasaan mencuci tangan yang kurang diperhatikan. Karena itu, Dinkes Aceh Utara memberikan edukasi kepada ibu-ibu balita agar lebih peka terhadap kebersihan lingkungan rumah dan perilaku hidup bersih dan sehat,” jelas Samsul Bahri.
Kegiatan edukasi dilakukan secara langsung di posyandu dan gampong-gampong dengan melibatkan tenaga kesehatan, kader posyandu, serta perangkat desa. Dalam penyuluhan, para ibu balita diberikan pengetahuan mengenai cara menjaga kebersihan air minum, pentingnya menggunakan jamban sehat, hingga kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun pada lima waktu penting.
Menurut Samsul Bahri, lima waktu penting mencuci tangan dengan sabun adalah sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memberi makan anak, setelah membersihkan anak dari buang air, dan setelah melakukan aktivitas yang membuat tangan kotor.
“Langkah kecil ini memiliki dampak besar dalam mencegah penyebaran kuman penyebab diare. Edukasi ini kami kemas dengan bahasa sederhana, disertai praktik langsung, sehingga mudah dipahami oleh para ibu balita,” tambahnya.
Data Dinas Kesehatan Aceh Utara mencatat, dalam beberapa tahun terakhir kasus diare masih cukup tinggi, khususnya di wilayah pedesaan yang belum sepenuhnya memiliki akses sanitasi layak. Keterbatasan sarana air bersih dan perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya menerapkan pola hidup bersih turut memperbesar risiko penularan penyakit.
“Diare bukan hanya penyakit biasa. Jika dibiarkan tanpa penanganan, dapat menyebabkan dehidrasi parah dan membahayakan nyawa anak. Karena itu, edukasi kepada ibu balita menjadi prioritas kami, mengingat ibu adalah orang terdekat yang berperan langsung dalam merawat anak,” ungkap Samsul Bahri.
Selain edukasi, Dinkes Aceh Utara juga mendorong masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat apabila anak menunjukkan gejala diare, seperti buang air besar berulang dengan tinja cair, muntah, atau demam. “Jangan menunda membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit. Penanganan dini sangat penting untuk mencegah kondisi menjadi lebih parah,” tegasnya.
Dalam kegiatan tersebut, Dinkes Aceh Utara menekankan pentingnya peran ibu dalam menjaga kesehatan anak. Ibu diminta lebih teliti memperhatikan kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi balita. Mulai dari cara mencuci buah dan sayur dengan air bersih yang mengalir, hingga memastikan peralatan makan anak dalam kondisi higienis.
Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga ditekankan sebagai salah satu upaya alami dalam meningkatkan daya tahan tubuh balita terhadap berbagai penyakit, termasuk diare. “ASI mengandung antibodi yang membantu melindungi anak dari infeksi. Oleh karena itu, kami menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif hingga anak berusia 6 bulan, kemudian dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI yang sehat,” papar Samsul Bahri.
Melalui program edukasi ini, Dinkes Aceh Utara berharap angka kejadian diare pada anak dapat terus ditekan. Samsul Bahri menyebutkan, keberhasilan pencegahan diare sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat, khususnya ibu balita, dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
“Upaya pencegahan jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan. Jika keluarga mampu menyediakan lingkungan yang sehat, air yang bersih, dan menjaga kebiasaan higienis, maka anak-anak kita akan terhindar dari diare,” ujarnya.
Ia juga mengajak tokoh masyarakat, kader posyandu, dan perangkat gampong untuk bersama-sama mendukung gerakan sanitasi sehat di lingkungan masing-masing. “Keterlibatan semua pihak sangat penting, karena kesehatan anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, melainkan juga tanggung jawab bersama dalam menciptakan generasi sehat dan kuat,” tegas Samsul Bahri.
Sebagai bentuk komitmen, Dinkes Aceh Utara berencana memperluas cakupan edukasi dengan menyasar lebih banyak gampong, terutama yang masih menghadapi persoalan sanitasi. Selain itu, Dinkes juga menggandeng lembaga pendidikan dan organisasi perempuan untuk turut berperan dalam menyebarkan informasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan.
“Kami ingin edukasi ini tidak berhenti hanya pada ibu balita yang hadir di posyandu, tetapi bisa menyebar lebih luas ke masyarakat. Dengan begitu, kita bisa bersama-sama mencegah diare dan penyakit lainnya yang bersumber dari sanitasi buruk,” tutup Samsul Bahri.
Dengan adanya edukasi berkelanjutan ini, diharapkan ibu balita di Aceh Utara semakin sadar bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Anak-anak yang sehat akan menjadi generasi penerus bangsa yang lebih kuat, cerdas, dan siap menghadapi masa depan. [Adv]