Aceh Utara | Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Aceh Utara terus mendorong peran wirausaha muda pemula untuk melahirkan produk-produk unggulan yang berdaya saing dan bernilai ekonomi tinggi. Upaya ini menjadi bagian dari strategi pemerintah daerah dalam memperkuat ekonomi kreatif berbasis potensi lokal.
Kepala Disporapar Aceh Utara, M. Nasir, S.Sos., M.Si, menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung wirausaha muda, mulai dari pembinaan, pelatihan, hingga fasilitasi promosi produk.
“Kita terus mendorong wirausaha muda untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pemerintah, kami hadir membantu melalui pelatihan, pendampingan, hingga promosi produk,” ujar M. Nasir.
Salah satu wirausaha muda pemula yang berhasil mencuri perhatian adalah Teuku Muhammad Imam Siddiq, pemuda asal Aceh Utara yang juga merupakan santri Dayah Blang Bladeh, Kabupaten Bireuen. Ia sukses menciptakan inovasi camilan keripik pisang “Koin Madu”, yang kini telah beredar di pasaran dan dinilai mampu bersaing dengan produk sejenis.
Berangkat dari Kebun Pisang Keluarga
Ide usaha ini berawal dari Kebun Pisang IBDA (Istana Banana Dayah Aceh) yang berlokasi di Gampong Meunasah Dayah, Kecamatan Simpang Keuramat, milik orang tua Teuku Muhammad Imam Siddiq. Dengan luas sekitar 1 hektare, kebun tersebut menghasilkan pisang jenis Cavendish yang dikenal berkualitas tinggi dan memiliki rasa manis alami.
Pisang Cavendish merupakan jenis pisang premium yang populer di dunia karena teksturnya yang lembut dan rasanya yang khas. Penggunaan bahan baku ini menjadikan keripik pisang “Koin Madu” memiliki cita rasa unik dan berbeda dari keripik pisang pada umumnya.
Menariknya, kebun pisang IBDA dikelola secara organik dan ramah lingkungan, tanpa penggunaan pestisida. Praktik pertanian berkelanjutan ini tidak hanya menjaga keseimbangan lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas tanah dan hasil panen.
Melihat Peluang di Tengah Tantangan
Meski tergolong pisang premium dengan harga pasar mencapai Rp25.000 per kilogram, di pasar rakyat Aceh pisang Cavendish kerap dihargai rendah, bahkan hanya sekitar Rp7.000 per sisir. Kondisi ini membuat petani sering kali tidak mendapatkan nilai jual yang layak.
Tantangan semakin berat ketika musim kemarau tahun 2021 menyebabkan banyak pohon pisang kekurangan air dan patah pada usia sekitar 60 hari. Namun, kondisi tersebut justru dilihat Teuku Muhammad Imam Siddiq sebagai peluang. Ia mencoba mengolah pisang Cavendish menjadi produk bernilai tambah berupa keripik.
Proses produksi pun tidak mudah. Pisang Cavendish memiliki karakteristik khusus dengan kandungan getah yang cukup tinggi, sehingga membutuhkan teknik pengolahan tersendiri agar menghasilkan tekstur keripik yang renyah dan ringan. Setelah melalui berbagai percobaan, lahirlah keripik pisang dengan cita rasa khas yang berbeda dari produk lainnya.
Inspirasi Madu dan Semangat Berbagi
Kebiasaan Teuku Muhammad Imam Siddiq mengonsumsi madu menjadi inspirasi utama lahirnya “Koin Madu”. Pada awalnya, madu sulit menempel sempurna pada keripik pisang. Bersama sang ibu, ia terus bereksperimen hingga menemukan resep yang tepat.
Hasil keripik tersebut kerap ia bawa ke dayah untuk dinikmati bersama rekan-rekannya. Dari sanalah ia mendapatkan banyak masukan yang membantu meningkatkan kualitas produk.
Usaha pengolahan hasil kebun IBDA ini mulai dipasarkan secara terbatas pada tahun 2023 di kalangan keluarga dan teman. Nama “Koin Madu” dipilih karena bentuk keripik yang menyerupai koin serta perpaduan rasa manis madu yang menyatu dengan pisang.
“Usaha keripik Koin Madu ini sangat menjanjikan karena bisa dikonsumsi semua kalangan. Nilai jualnya lebih tinggi dibanding pisang tanpa olahan, dan yang terpenting bisa membantu menciptakan lapangan kerja,” tuturnya.
Prestasi dan Ekspansi Pasar
Keseriusannya membuahkan hasil. Pada tahun 2024, Teuku Muhammad Imam Siddiq berhasil meraih Juara I Pemuda Pelopor Bidang Pangan. Saat ini, produk Koin Madu telah memenuhi seluruh persyaratan legal, mulai dari NIB, Sertifikat Halal, hingga P-IRT, serta telah dipasarkan di kios dan kafe di Aceh Utara.
Tak hanya itu, produk ini juga telah masuk ke store di Sabang dan dipasarkan hingga Banda Aceh serta Jakarta melalui jaringan keluarga dan relasi. Ke depan, ia menargetkan Koin Madu dapat menembus pasar pusat wisata nasional seperti Sabang, Takengon, Pulau Jawa, hingga Bali.
Ia bahkan merancang sendiri logo produknya sebagai bentuk keseriusan dalam membangun merek. Menurutnya, prospek usaha ini sangat cerah karena memiliki pasar luas dan berbasis pangan lokal.
Apresiasi Disporapar Aceh Utara
Secara terpisah, Kepala Disporapar Aceh Utara M. Nasir, didampingi Kepala Bidang Kepemudaan Iskandar, SE, mengapresiasi lahirnya produk keripik pisang “Koin Madu” dari wirausaha muda pemula di Gampong Dayah, Kecamatan Kuta Makmur.
“Kita patut bangga dengan hasil kreasi masyarakat Gampong Dayah. Ini menjadi bukti bahwa program gampong inovatif memberikan dampak nyata bagi peningkatan ekonomi masyarakat,” ujarnya kepada media ini, Jumat (7/11/2025).
Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, ia berharap program wirausaha muda juga berkontribusi dalam menekan angka pengangguran di Aceh Utara.
“Mari kita jaga komitmen dan dukungan bersama untuk mewujudkan Aceh Utara Bangkit,” pungkasnya. [Adv]







