Search

15 Desember 2025

Kisah Sedih Korban Banjir Langkahan ; Pagi Gelar Kenduri Walimah Anaknya, Malam Disapu Rata

Foto [Lingkarpos.com] : mendengar cerita Hasan Basri di Tenda Pengungsian Desa Lubuk Pusaka, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, Selasa (09/12/2025).

Lingkarpos.com | Lhoksukon – Langit mulai mencekam tanda-tanda hujan akan turun membuat aktivitas warga Dusun Bidari, Desa Lubuk Pusaka, Kecamatan Langkahan Kabupaten Aceh Utara kembali terhenti pasca Banjir Bandang.

Sebagian warga ada yang sedang memperbaiki tenda tempat pengungsian, ada yang sedang membersihkan lumpur di dalam rumah, ada juga yang sedang memilih-memilah kayu bekas hempasan banjir bandang yang masih dapat digunakan untuk untuk membangun gubuk tempat tinggal.

Hujan pun turun, namun tidak terlalu deras, cukup untuk menghentikan aktivitas warga dan membuat jalan yang dipenuhi lumpur kembali licin.

Saya berteduh di salah kios yang masih tersisa sambil menyapa warga dan mentraktir jajan anak- anak yang masih tampak ceria walaupun tempat tinggal mereka sudah terhempas entah kemana.

“Assalamualaikum” sapa saya sebagai salam pembuka, “Waalaikumsalam” jawab warga sambil mempersilakan saya duduk dan menawarkan kopi.

“Boleh-boleh, Kopi Tubruk saja” jawab saya sambil mengeluarkan rokok dikantong dan menawarkan kepada warga di sana.

Di Tengah hujan sambil menyeruput kopi dan mengepulkan asap rokok dengan bahasa basa-basi, sampailah ke pertanyaan saya;

“Kalau sudah mendung, langit hitam dan hujan apa yang dipikirkan bang ?,” tanya saya.

“Apa lagi bang kalau bukan cari bukit, kalau harta memang sudah disapu rata, kalau bahasa jepangnya sapu rata (diucapkan cepat dengan logat orang jepang)”, sahut warga di sana yang membuat tawa pecah.

“Kami bang kalau rumah sudah tidak kami pikirkan lagi, yang penting nyawa dan keluarga selamat, kalau trauma mau gimana ya bilangnya, mau kita nangis pun sudah terjadi, kita terima saja ujian dari Yang Maha Esa”, timpal salah satu warga lain.

Tanpa terasa obrolan sudah panjang lebar hujan sudah reda saya pamit ke warga yang di kios, karena saya ingin pulang menuju posko utama pengungsi dan logistik Desa Lubuk Pusaka.

Sebab kendaraan saya parkir di sana, saya berjalan-jalan menyusuri puing-puing bekas Banjir Bandang di Dusun Bidari Desa Lubuk Pusaka dengan berjalan kaki.

Perjalanan ke Posko utama agak menanjak dan jalan sangat licin karena baru saja dibasahi hujan, walaupun hujan sudah reda tapi langit masih saja gelap pertanda bakal ada hujan selanjutnya.

Setengah perjalanan, sesampai di atas bukit saya tertarik untuk mempir di sebuah tenda. Ternyata di tenda tersebut terdapat dua keluarga yang mengungsi.

Hujan untuk kedua kalinya juga mengguyur deras sehingga membuat saya harus berteduh di tenda tersebut.

Begitu saya duduk, saya berkenalan dengan salah satu Kepala Keluarga yang mengungsi di tenda. Hasan Basri namanya, beliau berusia 49 tahun.

Dia menceritakan kisah pilu yang menimpanya waktu banjir pada tanggal 25 November lalu. Pagi hari sebelum air bah menerjang Dusun Bidari, ia baru saja menggelar pesta pernikahan anak perempuan pertamanya.

“Paginya saya menggelar acara Wilamatul ‘Ursy (pesta pernikahan), malamnya air datang,” kata Hasan Basri dengan tegar walaupun matanya hampir berkaca-kaca.

Karena terlalu lelah mempersiapkan kenduri dan melayani tamu, Hasan Basri memutuskan untuk tidak membuka Hadiah Kado dan Amplop pada malam itu.

Rencananya, esok hari Hasan Basri ingin membersihkan rumah dan membuka tenda tempat hajatan yang berada di halaman rumah, selanjutnya pada malam hari ia baru membuka Kado dan Amplop sedekah para tamu.

“Rencananya seperti itu bang, tapi nahas bang, semua dibawa arus air malam itu, semua tidak sempat kami selamatkan jangankan Amplop dan Kado, rumah-rumah sekalian diangkut air,” kenang Hasan Basri.

Walaupun demikian, Hasan Basri mengaku sudah ikhlas dan menerima cobaan. Ia tetap bersyukur kepada Allah SWT walaupun rumah dan isinya dibawa arus Banjir Bandang akan tetapi dia dan keluarga masih dapat berkumpul dan sehat wal afiat.

“Ini musibah bang, mau kita nangis, mau kita apakan tetap gak akan kembali, kita anggap saja ini teguran dari Allah,” Pungkas Hasan Basri.

*) cerita ini adalah pengalaman Razjis Fadli saat datang ke Dusun Bidari, Desa Lubuk Pusaka, Kecamatan Langkahan.